Peduli Lingkungan, Prodi Administrasi Publik Gelar Visiting Lecturer

Yogyakarta

Persoalan sampah menjadi pintu masuk, mencapai target pembangunan berkelanjutan. Sampah merupakan isu multisektor yang berdampak pada banyak aspek & ekonomi. Pengelolaan sampah bersentuhan dengan isu kesehatan, perubahan iklim, pengurangan kemiskinan, keamanan pangan, sumber daya, produksi dan konsumsi berkelanjutan. Demikian disampaikan Dr. Oktiva Anggraini, SIP., S.Pd., M.Si dosen prodi Administrasi Publik FISIPOL Universitas Widya Mataram dalam webinar  Visiting Lecturer bertajuk “ Smart people, Waste Management and Smart City: Praktik baik pengelolaan sampah”.

Salah kelola sampah akan berefek pada masalah kesehatan masyarakat, pencemaran lingkungan, tanah, air, dan udara dan kerusakan ekosistem, dan mengganggu kehidupan satwa liar.

”Kompleksitas sampah perkotaan perlu perhatian serius.  Sebab bahaya muncul dari berbagai jenis limbah, termasuk sampah rumah tangga, komersial, dan industri  sehingga memerlukan pendekatan yang holistik dalam pengelolaannya. Pertumbuhan populasi perkotaan yang cepat, faktor utama yang berkontribusi pada peningkatan masalah sampah perkotaan,” jelas Oktiva.

 Pengelolaan sampah yang berkelanjutan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab atas konsumsi dan produksi yang telah dilakukan (SDGs). Sampah menjadi problem di semua kota besar di dunia, termasuk Yogyakarta yang dipetakan menjadi Smart City. Volume sampah kota Yogyakarta yang dibuang ke TPA Piyungan mencapai 260 ton per hari, sekitar 40% di antaranya adalah sampah anorganik.Kota Yogyakarta menempati ranking 2 di antara kabupaten/kota lainnya di DI. Yogyakarta. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 99,34% sampah telah berhasil dikelola. 1,87 ton (0,57%) sampah yang belum tertangani.

 Visiting Lecturer yang dibuka oleh Ketua Prodi Administrasi Publik, SL.Harjanta. Dalam sambutannya, Harjanta  mengatakan bahwa kesadaran masyarakat Yogya dibanding kota lain, dalam pengelolaan sampah cukup baik. Sungai-sungai yang mengalir relatif masih jernih dan belum tercemar. Kesadaran masyarakat ini menjadi potensi dan kekuatan dalam mengelola persoalan lingkungan. Webinar tersebut diharapkan dapat memberi manfaat dalam mengurai persoalan sampah.

Pembicara kedua, Wahyu Setya Ratri, SP, M.P Penggerak/aktifis Peduli sampah,  Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta tampil mengupas peluang sampah menjadi cuan. Wahyu mengajak peserta webinar  melihat peluang bahwa pengelolaan sampah yang benar akan membantu pemerintah dalam proses Circular Economy. Program ini dititikberatkan pada cara mengurangi limbah dan memaksimalkan sumber daya yang sudah ada dan kehadiran digitalisasi dalam pengelolaan sampah, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan limbah. Baik Oktiva maupun Wahyu sepakat bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku bisnis, dan komunitas masyarakat amat dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan sampah yang semakin meresahkan. Peraturan atau alas hukum pengelolaan sampah, sekeras apapun akan kurang bermakna bila masih ada masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan. Program 4 R (reduce,reuse, recycle and replace)  tidak hanya mampu mengurangi volume sampah dan meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Saat ini tengah dikembangkan sentra maggot di sejumlah daerah, pengolahan sampah organik dengan berbagai metode dan itu menghasilkan uang, mendukung ketahanan pangan. Melalui kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan pengusaha, program ini dapat terus berkembang dan menjadi model pengelolaan sampah yang dapat diadopsi oleh daerah lain di Indonesia (OA). (okt)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *