Administrasi Publik Boyong Tiga Piala

Yogyakarta

Perwakilan Prodi Administrasi Publik (AP) Fisipol UWM berjaya dalam Mataram Futsal Rotation Vol.2. Dalam kompetisi yang diadakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum UWM ini, Prodi AP berhasil memborong tiga piala.

Prodi AP menurunkan dua tim dalam turnamen yang berlangsung di Lapangan Futsal Dolano, kawasan Patangpuluhan ini. Dua tim itu adalah Kawa Kawa FC dan Squad AP FC. Keluar sebagai juara dalam turnamen ini adalah Kawa Kawa FC. Dalam final, Kawa Kawa FC berhasil mengalahkan Papeda FC (Fakultas Hukum). Sementara itu, Squad AP FC berhasil membawa pulang piala setelah mengkandaskan The Prabu FC dalam perebutan juara tiga. Kemenangan perwakilan Prodi AP makin lengkap dengan piala top skor yang berhasil diraih Ilyas (Squad AP FC). Dalam turnamen itu, Ilyas menjadi pemain paling subur dalam mengoleksi gol.

Kapten Kawa Kawa FC, Adinul Yakin mengaku bangga dengan prestasi yang berhasil diraih. Mahasiswa angkatan 23 ini juga mengapresiasi panitia yang telah menyelenggarakan turnamen tersebut. “Turnamen ini mempererat sekaligus mengembangkan bakat mahasiswa UWM. Terimakasih pada Tim Kawa Kawa Administrasi Publik dan juga Fakultas Hukum yang telah menyelenggarakan kegiatan ini,” tandasnya.

Sementara itu, Kapten Squad AP FC, Alif mengatakan turnamen yang diadakan Fakultas Hukum ini berhasil menyatukan prodi-prodi yang ada di UWM. “Bangga berhasil meraih juara ketiga. Semoga turnamen tahun depan yang diadakan Fakultas Hukum lebih meriah lagi,” ucapnya.

Di tempat terpisah, Kaprodi Administrasi Publik, SL. Harjanta mengapresiasi atas pencapaian yang berhasil diraih para mahasiswa. “Prodi mengapresiasi prestasi yang telah diraih mahasiswa dalam lomba futsal. Saya mendorong agar para mahasiswa terus mengembangkan bakatnya. Apresiasi juga untuk BEM Fakultas Hukum dan panitia penyelenggara,” pungkasnya. (haj)

Cegah Kekerasan Seksual, Mahasiswa Administrasi Publik Masuk Pansel PPKS

Yogyakarta

Kekerasan seksual marak terjadi di kampus. Berdasarkan Survei Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2023, terdapat 65 kasus kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi. Berbagai upaya, terutama kalangan perguruan tinggi berusaha memeranginya dengan pencegahan kekerasan seksual, penanganan kekerasan seksual, hingga membangun lingkungan kampus yang aman dan nyaman. Kondisi inilah yang mendorong Ananda Fikri Sulistyo, mahasiswa  Prodi  Administrasi Publik tertarik untuk menjadi bagian Panitia Seleksi  (Pansel) Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS).

Universitas, kata Nanda, mempunyai tanggungjawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi seluruh civitas akademik termasuk mahasiswa, dosen, dan karyawan. Dengan dibentuknya Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual maka akan berperan penting untuk mencegah kekerasan seksual, penanganan kekerasan seksual, hingga membangun lingkungan kampus yang aman dan nyaman.

Minimnya keterlibatan laki-laki dalam upaya pencegahan kekerasan seksual berbasis gender adalah salah satu faktor yang membutuhkan perhatian lebih. Hingga kini sebagian besar masih berfokus pada pemberdayaan perempuan dan belum cukup menyasar pada akar persoalan yakni norma maupun relasi gender laki-laki dan perempuan yang setara. Dengan melibatkan laki-laki, nantinya turut mengajak kaum laki-laki untuk lebih peduli atas isu kekerasan seksual.

“Banyaknya penelitian menunjukkan bahwa korban kekerasan seksual didominasi perempuan, sedang pelakunya mayoritas laki-laki,” tambahnya.

Ananda yang saat ini duduk di semester 6 Program Studi Administrasi Publik, senang terlibat dalam kepanitiaan tersebut karena dapat banyak belajar tentang isu kekerasan seksual dan cara menanggulanginya. Dengan kegiatan positif ini, Nanda ingin agar semakin banyak civitas akademika, khususnya mahasiswa untuk bersama-sama memerangi kekerasan seksual di kampus.(okt)

Peduli Lingkungan, Prodi Administrasi Publik Gelar Visiting Lecturer

Yogyakarta

Persoalan sampah menjadi pintu masuk, mencapai target pembangunan berkelanjutan. Sampah merupakan isu multisektor yang berdampak pada banyak aspek & ekonomi. Pengelolaan sampah bersentuhan dengan isu kesehatan, perubahan iklim, pengurangan kemiskinan, keamanan pangan, sumber daya, produksi dan konsumsi berkelanjutan. Demikian disampaikan Dr. Oktiva Anggraini, SIP., S.Pd., M.Si dosen prodi Administrasi Publik FISIPOL Universitas Widya Mataram dalam webinar  Visiting Lecturer bertajuk “ Smart people, Waste Management and Smart City: Praktik baik pengelolaan sampah”.

Salah kelola sampah akan berefek pada masalah kesehatan masyarakat, pencemaran lingkungan, tanah, air, dan udara dan kerusakan ekosistem, dan mengganggu kehidupan satwa liar.

”Kompleksitas sampah perkotaan perlu perhatian serius.  Sebab bahaya muncul dari berbagai jenis limbah, termasuk sampah rumah tangga, komersial, dan industri  sehingga memerlukan pendekatan yang holistik dalam pengelolaannya. Pertumbuhan populasi perkotaan yang cepat, faktor utama yang berkontribusi pada peningkatan masalah sampah perkotaan,” jelas Oktiva.

 Pengelolaan sampah yang berkelanjutan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab atas konsumsi dan produksi yang telah dilakukan (SDGs). Sampah menjadi problem di semua kota besar di dunia, termasuk Yogyakarta yang dipetakan menjadi Smart City. Volume sampah kota Yogyakarta yang dibuang ke TPA Piyungan mencapai 260 ton per hari, sekitar 40% di antaranya adalah sampah anorganik.Kota Yogyakarta menempati ranking 2 di antara kabupaten/kota lainnya di DI. Yogyakarta. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 99,34% sampah telah berhasil dikelola. 1,87 ton (0,57%) sampah yang belum tertangani.

 Visiting Lecturer yang dibuka oleh Ketua Prodi Administrasi Publik, SL.Harjanta. Dalam sambutannya, Harjanta  mengatakan bahwa kesadaran masyarakat Yogya dibanding kota lain, dalam pengelolaan sampah cukup baik. Sungai-sungai yang mengalir relatif masih jernih dan belum tercemar. Kesadaran masyarakat ini menjadi potensi dan kekuatan dalam mengelola persoalan lingkungan. Webinar tersebut diharapkan dapat memberi manfaat dalam mengurai persoalan sampah.

Pembicara kedua, Wahyu Setya Ratri, SP, M.P Penggerak/aktifis Peduli sampah,  Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta tampil mengupas peluang sampah menjadi cuan. Wahyu mengajak peserta webinar  melihat peluang bahwa pengelolaan sampah yang benar akan membantu pemerintah dalam proses Circular Economy. Program ini dititikberatkan pada cara mengurangi limbah dan memaksimalkan sumber daya yang sudah ada dan kehadiran digitalisasi dalam pengelolaan sampah, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan limbah. Baik Oktiva maupun Wahyu sepakat bahwa kolaborasi antara pemerintah, pelaku bisnis, dan komunitas masyarakat amat dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan sampah yang semakin meresahkan. Peraturan atau alas hukum pengelolaan sampah, sekeras apapun akan kurang bermakna bila masih ada masyarakat yang kurang peduli terhadap kebersihan. Program 4 R (reduce,reuse, recycle and replace)  tidak hanya mampu mengurangi volume sampah dan meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Saat ini tengah dikembangkan sentra maggot di sejumlah daerah, pengolahan sampah organik dengan berbagai metode dan itu menghasilkan uang, mendukung ketahanan pangan. Melalui kolaborasi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan pengusaha, program ini dapat terus berkembang dan menjadi model pengelolaan sampah yang dapat diadopsi oleh daerah lain di Indonesia (OA). (okt)

Salsya Mahasiswi Prodi Administrasi Publik dengan Segudang Prestasi

Yogyakarta

Bagi warga sivitas akademik Universitas Widya Mataram, sosok Marsyanda tidak asing lagi. Mahasiswi yang akrab disapa Salsya ini kerap tampil dalam perhelatan agung, wisuda, gebyar budaya maupun acara formal lainnya. Salsya tampil luwes dengan tarian Jawa klasik. Satu jenis tari tradisional yang belum tentu generasi Z mau belajar.

Berprestasi di dalam dan luar kampus. Ya, sebagai mahasiswi semester 4 Prodi Administrasi Publik, Salsya cukup menonjol. Dalam aktivitas di kampus, ia sering aktif menulis dan mengikuti lomba karya ilmiah. Di luar kampus Salsya juga punya aktivitas yang padat.

Salsya mengaku  suka menari sejak usia 3 tahun, sebelum masuk taman kanak-kanak. Orang tuanya, khususnya sang ibu sudah melihat bakat terpendam dari si jelita ini. Diajaknya Salsya kecil ke Sanggar Pradnya Widya yang ada di lingkungan FBS UNY. Beberapa gerakan basik tari ia pelajari hingga duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 3. Setelahnya, ia mempelajari 6 materi tari kreasi dengan sempurna. Lulus Sekolah Dasar, hingga pada saat masuk pertama Madrasah Tsanawiyah lembaran menari dimulai dengan seringnya Salsya diminta pentas. Tak mau tanggung-tanggung, keseriusan belajar menari diteruskan di Sanggar  Pradnya Widya dan memilih kelas Klasik gaya Yogyakarta. Kenapa?  Perjalanan para seniman tari hebat dan kondang,  rata-rata diawali dengan menekuni tari klasik. Hal tersebut menjadi motivasinya untuk belajar tari klasik gaya Yogyakarta. Apalagi banyak bule-bule juga tertarik belajar tari tradisioal, masak kita sendiri yang notabene  warga Yogya malas belajar.

            Di saat kelas XI Salsya mendapatkan beasiswa dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta sebagai siswa berbakat. Sebagian uang beasiswa digunakannya untuk kursus kecantikan karena seorang penari dituntut untuk bisa berhias sendiri. Sebagian lagi dari beasiswanya untuk menekuni tari klasik di sanggar Yayasan Siswa Among Beksa.

            Kesempatan tidak akan datang dua kali, kalimat tersebut yang menjadi motto hidupnya. Tidak sia-sia, setiap ada kesempatan bagus, direngkuhnya termasuk ketika ada tawaran beasiswa KIP-K. Prodi Administrasi Publik FISIPOL Universitas Widya Mataram menjadi pilihannya. Ada kebanggaan tersendiri di kampus yang didirikan oleh oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX penguasa Keraton Yogyakarta, yang pada masanya bergiat dalam melestarikan kebudayaan Jawa.

 “Ketika kuliah, bakatku tidak berhenti. Salut banget, kampus mengapresiasi mahasiswa dengan talenta istimewa”, tambah Salsya menutup obrolan dengannya.

Prestasi yang didapatkan dalam satu tahun terakhir yaitu sebagai Duta Genre Kelurahan, instruktur tari “Kampung Menari” Kota Yogyakarta, guru eksul tari di SD Kotagede 4 Yogyakarta selama 4 bulan mulai November 2023 – Februari 2024. (okt)